E-mail : desa_tamblang@ymail.com

Apa Pandangan Hindu tentang Valentine Day

Sebenarnya mengikuti perkembangan zaman tidak salah asal tetap berpijak pada jati diri sebagai orang Timur dan selaku umat beragama yang sangat menjungjung tinggi moralitas. Tak kecuali turut merayakan Valentine Day (hari kasih sayang) bersama kawula muda dunia lainnya. Bagi agama Hindu masalahnya bukan dari mana, produk budaya apa suatu perayaan itu, melainkan lebih melihat pada nilai apa yang didapat dari peringatan itu. Kalau ternyata dalam praktek perayaan hari kasih sayang itu lebih dominan menampilkan sisi hura-hura, pelampiasan kasih sayang ragawi (nafsu birahi) yang bahkan oleh suatu media disebut sebagai hari “penyerahan perawan” jelas dengan tegas bahkan keras ditolak.

Hari apapun yang hendak diperingati atau dirayakan haruslah lebih menekankan pada esensi nilai bukan kemasan seremoninya. Dan lagi pula kalau memang kita sudah mulai menghayati apa sesungguhnya arti “kasih sayang/cinta kasih” itu maka tanpa menunggu datangnya tanggal 14 Februari pun yang namanya rasa kasih sayang atau cinta kasih dapat direalisasikan ke dalam bentuk perbuatan angawe sukanikanang won glen. Mulai dari mangasihi, menyayangi, dan mencintai diri sendiri, orang tua, saudara sampai kepada Bhatara-Bhatari dan memuncak pada Hyang Widhi.

Dalam ajaran Hindu sendiri apa yang disebut dengan cinta kasih tidak lain merupakan konsep bhakti. Bhakti itu artinya luapan perasaan cinta kasih atau kasih sayang yang dilandasi kebersihan pikiran, kesucian hati dan ketulus iklasan yang tanpa pamrih. Bhakti itu dapat ditujukan kepada orang tau dengan hormat dan patuh padanya. Kepada saudara dengan menghargainya, kepada teman dengan kesetia kawanan dan kepada Bhatara-Bhatari serta Hyang Widhi melalui media persembahan dan atau persembahyangan. Kesemua wujud bhakti tersebut merupakan realisasi dari kasih sayang/cinta kasih yang hakiki. Dan itu bisa dilakukan setiap hari, kapan saja dan dimanapun berada.

Jadi bila ditanyakan relevansi Valentine Day menurut Hindu memang memiliki nilai esensi yang sama dengan ajaran bhakti. Tetapi yang membedakannya sebagaimana sudah menggejala adalah prakteknya yang sudah mulai menyimpang. Tidak lagi menekankan pada sisi keagungan arti sebuah cinta/kasih sayang itu melainkan sudah mengikuti trend budaya barat yang lebih menampilkan sisi cinta sebagai dorongan nafsu ragawi. Maka tak heran Valentine Day banyak diisi dengan acara hura-hura bahkan seperti disinyalir media ibukota sudah mengarah pada praktek seks bebas sampai dengan penyerahan perawan. Jika sudah sampai sejauh itu, tentu bahasa agama hanya bisa mengingatkan kawula muda Hindu untuk kembali pada konsep bhakti yang lebih bernilai luhur dan berphahala kemuliaan dari pada sekedar mengikuti trend Valentine Day yang belum tentu berguna dan sesuai dengan budaya Hindu.

No comments:

Post a Comment