E-mail : desa_tamblang@ymail.com

Fungsi Pura belum Maksimal

Pura Bale Agung
Dilihat sepintas, memang seakan-akan fungsi pura bersifat tunggal yaitu hanya sebagai tempat suci umat untuk mengadakan persembahan dan melakukan persembah-yangan atau “ngaturang bhakti”. Tetapi patut dicermati bahwa sesungguhnya ketika kita ke pura atau berada di pura untuk kepentingan utama yaitu “ngaturang bhakti” telah berlangsung juga fungsi-fungsi pura yang lainnya, seperti pendidikan, social, budaya dll.

Di bidang pendidikan misalnya, begitu kita berada di pura unsure edukasi sudah berlangsung antara lain yang berkenaan dengan busana yang dikenakan, penampilan, sikap dan tutur kata, tata cara sembahyang, dll merupakan bagian dari transformasi nilai-nilai pendidikan. Belum lagi dalam acara persembahan atau persembahyangan itu disertai dengan kegiatan mekidung, mekekawin atau bahkan dharma wacana (ceramah agama) dan dharma tula (diskusi agama) tentu akan lebih dapat meningkatkan jnana (pengetahuan agama) serta memantapkan srdha dan bhakti umat., dll merupakan bagian dari transformasi nilai-nilai pendidikan. Belum lagi dalam acara persembahan atau persembahyangan itu disertai dengan kegiatan mekidung, mekekawin atau bahkan dharma wacana (ceramah agama) dan dharma tula (diskusi agama) tentu akan lebih dapat meningkatkan jnana (pengetahuan agama) serta memantapkan srdha dan bhakti umat.

Tidak seperti sekarang, pura kelihatan hanya berfungsi pada saat akan atau sedang diselenggarakan upacara piodalan. Sehinga tidak heran keberadaan pura hanya semarak minimal “ngenem bulan” (210 hari sekali) atau paling lambat setahun sekali. Di luar jadwal piodalan keberadaan pura nyaris sepi dan mati. Padahal pura sebenarnya dapat difungsikan setiap hari untuk untuk mengadakan kegiatan lain yang bertujuan positif dan konstruktif demi kerahayuan dan kerahajengan bersama. Di bidang pendidikan misalnya, kegiatan dharma gita, dharma wacana dan dharma tula dapat diaktifkan dengan jadwal rutin yang pasti.

Untuk keperluan itu bisa dilakukan siang hari atau malam hari. Jika diadakan malam hari, fasilitas penerangan harus disediakan bahkan sarana toilet di jabaan pura pun layak disediakan. Para pengurus (prajuru) pura perlu ditingkatkan semangat “ngayah” dan “jengah” untuk menyemarakkan keberadaan pura agar benar-benar tampil sebagai “rumah Tuhan” bukan “rumah hantu” yang gelap, sunyi dan menakutkan. Dengan memfungsikan pura sebagai kegiatan edukasi maka fungsi-fungsi lainnya akan terimbas juga.

Misalnya, akan tumbuh kebersamaan, keakraban dan kekompakan antar krama untuk salunglung sabayantaka dalam menghadapi persoalan social kemasyarakatan. Begitu pun di bidang budaya dapat memanifestasikan aktivitasnya melalui kegiatan berkesenian dalam wadah sekaa-sekaa seperti sekaa gong, sekaa kidung, dll. Pendek kata, keberadaan pura yang multi fungsi itu sudah saatnya dimaksimalkan peranannya untuk lebih menggairahkan sekaligus mencerahkan sosok penampilan umat Hindu, agar tidak selalu kalah langkah dengan umat lain.




No comments:

Post a Comment