E-mail : desa_tamblang@ymail.com

Apa Benar Bhuta Kala Berwujud Menyeramkan?

Rangda
Bhuta Kala berasal dari dua kata yaitu “Bhuta” dan “Kala”. Kata Bhuta itu sendiri berasal dari akar kata “Bhu” yang artinya ada, menjadi atau wujud. Secara keseluruhan Bhuta memiliki arti “telah diadakan atau dijadikan”. Dalam perkembangannya kata Bhuta mengandung arti sebagai unsure-unsure yang menjadikan makrocosmos (bhuwana agung) dan mikrocosmos (bhuwana alit) yang lazim disebut Pancamahabhuta. Sedangkan kata Kala (ditulis dengan a panjang) berarti energi, tenaga atau kekuatan. Kalau Kala (ditulis dengan a pendek) berarti waktu.

Dewa Siwa misalnya dalam fungsinya sebagai “pemralina” disebut sebagai Mahakala artinya kekuatan yang maha hebat. Palinggih Taksu yang ada di Sanggah/Merajan adalah juga sthana dari Sanghyang Kalaraja yang bermakna sebagai sumber energi yang memberikan kehidupan. Lain halnya dengan kata Kala Mretyu yang berarti waktu kematian.

Kesimpulannya, Bhuta Kala berarti kekuatan alam yang maha besar sebagai suatu manifestasi kehendak Hyang Widhi dalam mengatur alam semesta ini.

Secara filosofis pengertian Bhuta Kala cenderung berarti negative, karena merupakan kekuatan yang lahir dari adanya ketidak harmonisan antara makrocosmos dan mikrocosmos. Antara lain berupa kekeruhan suasana, perasaan hati yang gusar, nafsu-nafsu negative, gelap mata. Sebaliknya tercipata hubungan yang harmonis antara kedua bhuwana itu maka timbullah suasana baik, ketentraman hati, perasaan seni, sifat-sifat dharma.

Dan lantaran Bhuta Kala itu lebih dipandang sebagai kekuatan negative, maka dalam penggambarannya secara awam acapkali difersonifikasikan sebagai makhluk yang mempunyai wujud atau rupa menyeramkan atau mengerikan.

Muncullah kemuadian kepercayaan bahwa untuk memulihkan kembali keharmonisan yang sempat terganggu oleh kekuatan-kekuatan (alam) yang negative, maka diadakanlah apa yang disebut sebagai upacara Bhuta Yajna, di antaranya dengan melaksanakan “pecaruan”. Hakikat upacara caru ini tidak lain sebagai media ritual untuk mengharmoniskan kembali hubungan bhuwana agung dengan bhuwana alit.

Dan satu hal yang patut diketahui bahwa sesungguhnya pada diri manusia sebagai bhuwana alit telah pula terwujud sosok Bhuta Kala selain wujud Dewa. Itulah sebabnya manusia bisa disebut Bhuta (bhuta ya) bila menampilkan perilaku negative seperti buta hati, gelap mata, peteng pitu, sad ripu. Sementara bila mampu menunjukkan sifat-sifat sebaliknya seperti tenang, penuh rasa damai, bijaksana, dll maka disebutlah manusia itu sebagai Dewa (Dewa ya).

Jadi, apa yang digambarkan bahwa Bhuta Kala itu sebagai sosok makhluk yang menyeramkan sekaligus mengerikan ada benarnya. Paling tidak akan tergambar pada sosok manusia yang sedang kemasukan Bhuta Kala dan segala ciri perilakunya yang negative dan merugikan orang lain.

1 comment:

  1. SOLUSI YANG TEPAT JANGAN BERPUTUS ASAH SETIAP MASALAH ADA PENYELESAIANYA AKI DARWO AKAN BANTU DGN ANKA GOIB/RITUAL....2D 3D 4D/SGP.../HKG/ TOTO MAGNUM/ MALAYSIA/ D JAMIN 100 JEBOL HUB DI NMR 085 -325-291-999....INSA ALLAH KI DARWO AKAN BANTU MKSH ROOM.X SOBAT




    SOLUSI YANG TEPAT JANGAN BERPUTUS ASAH SETIAP MASALAH ADA PENYELESAIANYA AKI DARWO AKAN BANTU DGN ANKA GOIB/RITUAL....2D 3D 4D/SGP.../HKG/ TOTO MAGNUM/ MALAYSIA/ D JAMIN 100 JEBOL HUB DI NMR 085 -325-291-999....INSA ALLAH KI DARWO AKAN BANTU MKSH ROOM.X SOBAT

    ReplyDelete