E-mail : desa_tamblang@ymail.com

Makingsan di Geni

Dalam hal terhalangnya atau terhambatnya upacara pengabenan seseorang karena alasan yang bersangkutan meninggal pada hari tententu di mana sedang berlangsung suatu upacara yang membutuhkan suasana hati dan bhakti suci nirmala seperti Piodalan di pura, maka pilihan akan jatuh pada cara Makingsan. Makingsan ini adalah penguburan atau pembakaran jenazah secara darurat dan bersifat sementara dengan tanpa disertai upacara dan upakara sebagaimana mestinya.

Upacara Makingsan ini ada dua macam yaitu : Makingsan di Geni dan Makingsan di Pratiwi (Pertiwi). Makingsan di Geni artinya menitip jenazah di setra melalui cara pembakaran. Setelah di bakar, abu dan tulang belulang yang masih tersisa di masukkan kedalam periuk lalu di tanam titempat pembakaran tadi. Sedangkan Makingsan di Pratiwi artinya menitipkan jenazah di setra dengan jalan menguburkannya.

Karena hanya bersifat sementara (darurat), maka baik Makingsan di Geni maupun Makingsan di Pratiwi, pada saat dewasa yang dipandang baik akan kembali ditindak lanjuti dengan upacara penguburan atau pembakaran jenazah yang sebenarnya lengkap dengan upacara dan upakaranya.

Bagi yang Makingsan di Geni, maka selang beberapa hari setelah lewat upacara Piodalan yang tadinya sempat menunda upacara pengabenan, kini boleh dilakukan. Dan karena jenazahnya tidak ada lagi, maka dibuatkanlah pengawak sawa (badan-badanan) untuk di aben. Lalu bagi yang Makingsan di Pratiwi, selang beberapa waktu (biasanya dalam hitungan bulanan bahkan tahunan) kuburan akan di gali kembali untuk di ambil tulang belulangnya dan bersama dengan adegan sawa akan dibakar pada saat pengabenannya. Untuk Makingsan di Pratiwi ini ada juga yang tidak menggali lagi liang kuburnya guna mendapat tulang belulangnya. Biasanya cukup dengan hanya ngulapin ke setra yang mengandung makna memanggil roh sang mati untuk selanjutnya akan di aben. Setelah ngulapin, liang kubutnya kembali diratakan yang disebut dengan nyapuh.

Hal-hal lain yang boleh dikatakn sebagai keunikan dari sistem Makingsan ini adalah sebelum pelaksanaannya baik Makingsan di Geni maupun Makingsan di Pratiwi, orang yang meninggal itu dianggap “sedang tidur” bukan mati. Lalu secara ritual akan ada banten Pengalang Sasih yang bertujuan untuk menghalangi efek sebel sang mati dan keluarganya agar tidak ngeletehing Piodalan yang sedang berlangsung. Dan secara social, pada waktu pelaksana upacara Makingsan ini tidak akan dilibatkan anggota masyarakat atau karma desa.




No comments:

Post a Comment