E-mail : desa_tamblang@ymail.com

Bhagavad-Gita 3&4

KARMA – YOGA

Sloka 3.1
Arjuna berkata, O Janarddana, o Kesava, mengapa Anda ingin supaya hamba menjadi sibuk dalam perang yang mengerikan ini, kalau Anda menganggap kecerdasan lebih baik daripada pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil.

Sloka 3.2
Kecerdasan hamba dibingungkan oleh pelajaran Anda mengandung dua arti. Karena itu, mohon beritahukan kepada hamba dengan pasti mana yang paling bermanfaat untuk hamba.

Sloka 3.3
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: O Arjuna yang tidak berdosa, Aku sudah menjelaskan bahwa ada dua golongan menusia yang berusaha menginsafi sang diri. Beberapa orang berminat mengerti tentang hal itu melalui angan-angan filsafat berdasarkan percobaan, sedangkan orang yang lain berusaha mengerti tentang hal itu melalui bhakti.

Sloka 3.4
Bukan hanya dengan menghindari pekerjaan seseorang dapat mencapai pembebasan dari reaksi, dan bukan hanya dengan melepaskan ikatan saja seseorang dapat mencapai kesempurnaan.

Sloka 3.5
Semua orang dipaksakan bekerja tanpa berdaya menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya dari sifat-sifat alam material; karena itu, tiada seorang pun yang dapat menghindari berbuat sesuatu, bahkan selama sesaatpun.

Sloka 3.6
Orang yang mengekang indria-indria yang bekerja tetapi pikirannya merenungkan obyek-obyek indria pasti menipu dirinya sendiri dan disebut orang yang berpura-pura.

Sloka 3.7
Di pihak lain, kalau orang yang tulus ikhlas berusaha mengendalikan indria-indria yang giat dengan pikiran dan mulai melakukan karma yoga (dalam kesadaran Krsna), ia jauh lebih maju.

Sloka 3.8
Lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab melakukan hal demikian lebih baik daripada tidak bekerja. Seseorang bahkan tidak dapat memelihara badan jasmaninya tanpa bekerja.

Sloka 3.9
Pekerjaan yang dilakukan sebagai korban suci untuk Visnu harus dilakukan. Kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia material ini. Karena itu, lakukanlah tugas-kewajibanmu yang telah ditetapkan guna memuaskan Beliau, wahai putera Kunti. Dengan cara demikian, engkau akan selalu bebas dari ikatan.

Sloka 3.10
Pada awal ciptaan, Penguasa semua makhluk mengirim generasi-generasi manusia dan dewa, beserta korban-korban suci untuk Visnu, dan memberkahi mereka dengan bersabda: Berbahagialah engkau dengan yajna (korban suci) ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.

Sloka 3.11
Para dewa, sesudah dipuaskan dengan korban suci, juga akan memuaskan engkau. Dengan demikian, melalui kerjasama antara manusia dengan para dewa, kemakmuran akan berkuasa bagi semua.

Sloka 3.12
Para dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup. Bila para dewa dipuaskan dengan pelaksanaan yajna (korban suci), mereka akan menyediakan segala kebutuhan untukmu. Tetapi orang yang menikmati berkat-berkat itu tanpa mempersembahkannya kepada para dewa sebagai balasan pasti adalah pencuri.

Sloka 3.13
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.

Sloka 3.14
Semua badan yang bernyawa hidup dengan cara makan biji-bijian, yang dihasilkan dari hujan. Hujan dihasilkan oleh pelaksanaan yajna (korban suci) dan yajna dilahirkan dari tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.

Sloka 3.15
Kegiatan yang teratur dianjurkan di dalam Veda dan Veda diwujudkan secara langsung dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, yang melampaui hal-hal duniawi dan berada dimana-mana untuk selamanya dalam perbuatan korban suci.

Sloka 3.16
Arjuna yang baik hati, orang yang tidak mengikuti sistem korban suci tersebut yang ditetapkan dalam Veda pasti hidup dengan cara yang penuh dosa. Sia-sialah kehidupan orang seperti itu yang hanya hidup untuk memuaskan indria-indria.

Sloka 3.17
Tetapi orang yang bersenang hati di dalam sang diri, yang hidup sebagai manusia demi keinsafan diri, dan berpuas hati di dalam sang diri saja puas sepenuhnya – bagi orang tersebut tidak ada tugas kewajiban.

Sloka 3.18
Orang yang sudah insaf akan dirinya tidak mempunyai maksud untuk dipenuhi dalam pelaksanaan tugas-tugas kewajibannya, dan dia juga tidak mempunyai alasan untuk tidak melaksanakan pekerjaan seperti itu. Dia juga tidak perlu bergantung pada makhluk hidup manapun.

Sloka 3.19
Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.

Sloka 3.20
Raja-raja yang seperti Janaka mencapai kesempurnaan hanya dengan pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Karena itu, untuk mendidik rakyat umum, hendaknya engkau melakukan pekerjaanmu.

Sloka 3.21
Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apapun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia.

Sloka 3.22
Wahai putera Prtha, tidak ada pekerjaan yang ditetapkan bagi-Ku dalam seluruh tiga susunan planet. Aku juga tidak kekurangan apapun dan Aku tidak perlu memperoleh sesuatu, namun Aku sibuk melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.

Sloka 3.23
Sebab kalau Aku pernah gagal menekuni pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dengan teliti, tentu saja semua orang akan mengikuti jalan-Ku, wahai putera Partha.

Sloka 3.24
Kalau Aku tidak melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan, maka semua dunia ini akan hancur. Kalau Aku berbuat demikian, berarti Aku menyebabkan penduduk yang tidak diinginkan diciptakan, dan dengan demikian Aku menghancurkan kedamaian semua makhluk hidup.

Sloka 3.25
Seperti halnya orang bodoh melakukan tugas-tugas kewajibannya dengan ikatan terhadap hasil, begitu pula orang bijaksana dapat bertindak dengan cara yang serupa, tetapi tanpa ikatan, dengan tujuan memimpin rakyat dalam menempuh jalan yang benar.

Sloka 3.26
Agar tidak mengacaukan pikiran orang bodoh yang terikat terhadap hasil atau pahala dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan, hendaknya orang bijaksana jangan menyuruh mereka berhenti bekerja. Melainkan, sebaiknya ia bekerja dengan semangat bhakti dan menjadikan mereka sibuk dalam segala jenis kegiatan (untuk berangsur-angsur mengembangkan kesadaran Krsna).

Sloka 3. 27
Sang roh yang dibingungkan oleh keakuan palsu menganggap dirinya pelaku kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh tiga sifat alam material.

Sloka 3.28
Orang yang memiliki pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak tidak menjadi sibuk dalam indria-indria dan kepuasan indria-indria, sebab ia mengetahui dengan baik perbedaan antara pekerjaan dalam bhakti dan pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, wahai yang berlengan perkasa.

Sloka 3.29
Oleh karena orang bodoh dibungungkan oleh sifat-sifat alam material, maka mereka sepenuhnya menekuni kegiatan material hingga menjadi terikat. Tetapi sebaiknya orang bijaksana jangan menggoyahnkan mereka, walaupun tugas-tugas tersebut lebih rendah karena yang melakukan tugas-tugas itu kekurangan pengetahuan.

Sloka 3.30
O Arjuna, karena itu, dengan menyerahkan segala pekerjaanmu kepada_Ku, dengan pengetahuan sepenuhnya tentang-Ku, bebas dari keinginan untuk keuntungan, tanpa tuntutan hak milik, dan bebas dari sifat malas, bertempurlah.

Sloka 3.31
Orang yang melakukan tugas-tugas kewajibannya menurut perintah-perintah_Ku dan mengikuti ajaran ini dengan setia, bebas dari rasa iri, dibebaskan dari iakatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil.

Sloka 3.32
Tetapi orang yang tidak mengikuti ajaran ini secara teratur karena rasa iri dianggap kehilangan segala pengetahuan, dijadikan bodoh, dan dihancurkan dalam usahanya untuk mencari kesempurnaan.

Sloka 3.33
Orang yang berpengetahuan bertindak menurut sifatnya sendiri, sebab semua orang mengikuti sifat yang telah diperolehnya dari tiga sifat alam. Karena itu apa yang dapat dicapai dengan pengekangan.

Sloka 3.34
Ada prinsip-prinsip untuk mengatur ikatan dan rasa tidak suka berhubungan dengan indria-indria dan obyek-obyeknya. Hendaknya seseorang jangan dikuasai oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hal itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri.

Sloka 3.35
Jauh lebih baik melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk diri kita, walaupun kita berbuat kesalahan dalam tugas-tugas itu, daripada melakukan tugas kewajiban orang lain secara sempurna. Kemusnahan sambil melaksanakan tugas kewajiban sendiri lebih baik daripada menekuni tugas kewajiban orang lain, sebab mengikuti jalan orang lain berbahaya.

Sloka 3.36
Arjuna berkata: Apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang berdosa, walaupun dia tidak menginginkan demikian, seolah-olah dia dipaksakan untuk berbuat begitu?

Sloka 3.37
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna, hanya hawa nafsu saja, yang dilahirkan dari hubungan dengan sifat nafsu material dan diubah menjadi amarah, yang menjadi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu.

Sloka 3.38
Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu pula, makhluk hidup ditutupi oleh berbagai tingakat hawa nafsu ini.

Sloka 3.39
Seperti itulah kesadaran murni makhluk hidup yang bijaksana ditutupi oleh musuhnya yang kekal dalam bentuk nafsu, yang tidak pernah puas dan membakar bagaikan api.

Sloka 3.40
Indria-indria, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indria-indria, pikiran dan kecerdasan hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati makhluk hidup dan membingungkannya.

Sloka 3.41
Wahai Arjuna, yang paling baik diantara para Bharata, karena itu, pada awal sekali batasilah lambang dosa yang besar ini (hawa nafsu) dengan mengatur indria-indria, dan bunuhlah pembinasa pengetahuan dan keinsafan diri ini.

Sloka 3.42
Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati; pikiran lebih halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus daripada pikiran; dan dia (sang roh) lebih halus lagi daripada kecerdasan.

Sloka 3.43
Dengan mengetahui dirinya melampaui indria-indria material, pikiran dan kecerdasan, hendaknya seseorang memantapkan pikiran dengan kecerdasan rohani yang bertabah hati (kesadaran Krsna), dan dengan demikian-melalui kekuatan rohani, mengalahkan hawa nafsu, musuh yang tidak pernah puas, wahai Arjuna yang berlengan perkasa

BAB EMPAT
PENGETAHUAN ROHANI

Sloka 4.1
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krsna, bersabda: Aku telah menjarkan Ilmu pengetahuan yoga ini yang tidak dapat dimusnahkan kepada dewa matahari, Vivasvan, kemudian Vivasvan mengajarkan Ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manu mengajarkan Ilmu pengetahuan itu kepada Iksvaku.

Sloka 4.2
Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian, dan para raja yang suci mengerti Ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan itu terputus; karena itu, rupanya Ilmu pengetahuan yang asli itu sudah hilang.

Sloka 4.3
Ilmu pengetahuan yang abadi tersebut mengenai hubungan dengan Yang Mahakuasa hari ini Kusampaikan kepadamu, sebab engkau adalah penyembah dan kawan_Ku; karena itulah engkau dapat mengerti rahasia rohani Ilmu pengetahuan ini.

Sloka 4.4
Arjuna berkata: Vivasvan, dewa matahari, lebih tua daripada Anda menurut kelahiran. Bagaimana hamba dapat mengerti bahwa pada awal Anda mengajarkan Ilmu pengetahuan ini kepada beliau.

Sloka 4.5
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Engkau dan Aku sudah dilahirkan berulang kali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi engkau tidak dapat ingat wahai penakluk musuh.

Sloka 4.6
Walapun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah merosot, dan walaupun Aku Penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli.

Sloka 4.7
Kapan pun dan dimana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela – pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, wahai putera keluarga Bharata.

Sloka 4.8
Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.

Sloka 4.9
Orang yang mengenal sifat rohani kelahiran dan kegiatan-Ku tidak dilahirkan lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal, wahai Arjuna.

Sloka 4.10
Banyak orang pada masa lampau disucikan oleh pengetahuan tentang-Ku dengan dibebaskan dari ikatan, rasa takut dan amarah, khusuk sepenuhnya berpikir tentang-Ku dan berlindung kepada-Ku – dan dengan demikian mereka semua mencapai cinta-bhakti rohani kepada-Ku.

Sloka 4.11
Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai putera Prtha.

Sloka 4.12
Orang di dunia ini menginginkan sukses dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; karena itu, mereka menyembah para dewa. Tentu saja , manusia cepat mendapat hasil dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil di dunia ini.

Sloka 4.13
Menurut tiga sifat alam dan pekerjaan yang ada hubungannya dengan sifat-sifat itu, empat bagian masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku. Walaupun Akulah yang menciptakan sistem ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa Aku tetap sebagai yang tidak berbuat, karena Aku tidak dapat diubah.

Sloka 4.14
Tidak ada pekerjaan yang mempengaruhi diri-Ku; Aku juga tidak bercita-cita mendapat hasil dari perbuatan. Orang yang mengerti kenyataan ini tentang diri-Ku juga tidak akan terikat dalam reaksi-reaksi hasil pekerjaan.

Sloka 4.15
Semua orang yang sudah mencapai pembebasan pada jaman purbakala bertindak dengan pengertian tersebut tentang sifat rohani-Ku. Karena itu, sebaiknya engkau melaksanakan tugas kewajibanmu dengan mengikuti langkah-langkah mereka.

Sloka 4.16
Orang cerdaspun bingung dalam menentukan apa itu perbuatan dan apa arti tidak melakukan perbuatan. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu apa arti perbuatan, dan setelah mengetahui tentang hal ini engkau akan dibebaskan dari segala nasib yang malang.

Sloka 4.17
Seluk beluk perbuatan sulit sekali dimengerti. Karena itu, hendaknya seseorang mengetahui dengan sebenarnya apa arti perbuatan, apa arti perbuatan yang terlarang, dan apa arti tidak melakukan perbuatan.

Sloka 4.18
Orang yang melihat keadaan tidak melakukan perbuatan dalam perbuatan, dan perbuatan dalam keadaan tidak melakukan perbuatan, adalah orang yang cerdas dalam masyarakat manusia. Dia berada dalam kedudukan rohani, walaupun ia sibuk dalam segala jenis kegiatan.

Sloka 4.19
Dimengerti bahwa seseorang memiliki pengetahuan sepenuhnya kalau setiap usahanya bebas dari keinginan untuk kepuasan indria-indria. Para resi mengatakan bahwa reaksi pekerjaan orang yang bekerja seperti itu sudah dibakar oleh api pengetahuan yang sempurna.

Sloka 4.20
Dengan melepaskan segala ikatan terhadap segala hasil kegiatannya, selalu puas dan bebas, dia tidak melakukan perbuatan apapun yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, walaupun ia sibuk dalam segala jenis usaha.

Sloka 4.21
Orang yang mengerti bertindak dengan pikiran dan kecerdasan dikendalikan secara sempurna. Ia meninggalkan segala rasa memiliki harta bendanya dan hanya bertindak untuk kebutuhan dasar hidup. Bekerja dengan cara seperti itu, ia tidak dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa.

Sloka 4.22
Orang yang puas dengan keuntungan yang datang dengan sendirinya, bebas dari hal-hal relatif, tidak iri hati, dan mantap baik dalam sukses maupun kegagalan, tidak pernah terikat, walaupun ia melakukan perbuatan.

Sloka 4.23
Pekerjaan orang yang tidak terikat kepada sifat-sifat alam material dan mantap sepenuhnya dalam pengetahuan rohani menunggal sepenuhnya ke dalam kerohanian.

Sloka 4.24
Orang yang tekun sepenuhnya dalam kesadaran Krsna pasti akan mencapai kerajaan rohani karena dia sudah menyumbang sepenuhnya kepada kegiatan rohani. Dalam kegiatan rohani tersebut penyempurnaan bersifat mutlak dan apa yang dipersembahkan juga mempunyai sifat rohani yang sama.

Sloka 4.25
Beberapa yogi menyembah para dewa yang sempurna dengan cara menghaturkan berbagai jenis korban suci kepada mereka, dan beberapa diantaranya mempersembahkan korban-korban suci dalam api Brahman Yang Paling Utama.

Sloka 4.26
Beberapa orang (para brahmacari yang tidak ternoda) mengorbankan proses mendengar dan indria-indria di dalam api pengendalian pikiran, dan orang lain (orang yang berumah tangga yang teratur) mengorbankan obyek-obyek indria ke dalam api indria-indria.

Sloka 4.27
Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendalikan.

Sloka 4.28
Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaan yang keras dengan berlatih yoga kebatinan terdiri dari delapan bagian, atau dengan mempelajari Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani.

Sloka 4.29
Ada orang lain yang tertarik pada proses menahan nafas agar tetap dalam semadi. Mereka berlatih dengan mempersembahkan gerak nafas keluar ke dalam nafas yang masuk, dan nafas yang masuk ke dalam nafas yang keluar, dan dengan demikian akhirnya mereka mantap dalam semdai, dengan menghentikan nafas sama sekali. Orang lain membatasi proses makan , dan mempersebahkan nafas keluar kedalam nafas yang keluar sebagai korban suci.

Sloka 4.30
Semua pelaksana kegiatan tersebut yang mengetahui arti korban suci disucikan dari reaksi-reaksi dosa, dan sesudah merasakan rasa manis yang kekal hasil korban-korban suci, mereka maju menuju alam kekal yang paling utama.

Sloka 4.31
Wahai yang paling baik dari keluarga besar Kuru, tanpa korban suci seseorang tidak pernah dapat hidup dengan bahagia baik di planet ini maupun dalam hidup ini: Kalau demikian bagaimana tentang penjelmaan yang akan datang.

Sloka 4.32
Segala jenis korban suci tersebut dibenarkan dalam Veda, dan semuanya dilahirkan dari berbagai jenis pekerjaan. Dengan mengetahui jenis-jenis korban suci tersebut dengan cara seperti itu, engkau akan mencapai pembebasan.

Sloka 4.33
Wahai penakluk musuh, korban suci yang dilakukan dengan pengetahuan lebih baik dari pada hanya mengorbankan harta benda material. Wahai putera Prtha, bagaimanapun, maka segala korban suci yang terdiri dari pekerjaan memuncak dalam pengetahuan rohani.

Sloka 4.34
Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.

Sloka 4.35
Setelah memperolah pengetahuan yang sejati dari orang yang sudah insaf akan dirinya, engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam khayalan seperti ini, sebab dengan pengetahuan ini engakau dapat melihat bahwa semua makhluk hidup tidak lain daripada bagian Yang Mahakuasa, atau dengan kata lain, bahwa mereka milik-Ku.

Sloka 4.36
Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa diantara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada didalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan.

Sloka 4.37
Seperti halnya api yang berkobar mengubah kayu bakar menjadi abu, begitu pula api pengetahuan membakar segala reaksi dari kegiatan material hingga menjadi abu, wahai Arjuna.

Sloka 4.38
Di dunia ini, tiada sesuatupun yang semulia dan sesuci pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi. Pengetahuan seperti itu adalah buah matang dari segala kebatinan. Orang yang sudah ahli dalam latihan bhakti menikmati pengetahuan ini dalam dirinya sesudah beberapa waktu.

Sloka 4.39
Orang setia yang sudah menyerahkan diri kepada pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi dan menaklukkan indria-indrianya memenuhi syarat untuk mencapai pengetahuan seperti itu, dan setelah mencapai pengetahuan itu, dengan cepat sekali ia mencapai kedamaian rohani yang paling utama.

Sloka 4.40
Tetapi orang yang bodoh dan tidak percaya yang ragu-ragu tentang Kitab-kitab suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melainkan mereka jatuh. Tidak ada kebahagiaan bagi orang yang ragu-ragu, baik di dunia ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang.

Sloka 4.41
Orang yang bertindak dalam bhakti, dan melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatannya, dan keragu-raguannya sudah dibinasakan oleh pengetahuan rohani sungguh-sungguh mantap dalam sang diri. Dengan demikian, ia tidak diikat oleh reaksi pekerjaan, wahai perebut kekayaan.

Sloka 4.42
Karena itu, keragu-raguan yang telah timbul dalam hatimu karena kebodohan harus dipotong dengan senjata pengetahuan. Wahai Bharata, dengan bersenjatakan yoga, bangunlah dan bertempur.

1 comment: